Kenapa Kita Cepat Menyalahkan Skincare Baru?

“Saya pakai skincare A, malah breakout.”
Kalimat ini adalah salah satu cerita paling sering kami dengar.

Refleks pertama yang muncul biasanya sederhana: berarti skincarenya nggak cocok. Lalu produk dihentikan, ganti lagi, coba lagi—dan siklusnya berulang.

Padahal, dalam banyak kasus, produk baru bukan penyebab utamanya.

Kulit memiliki memori. Terutama jika sebelumnya pernah terpapar krim racikan atau krim bersteroid tanpa pengawasan dan strategi yang jelas, kulit bisa menyimpan efek residu yang tidak langsung terlihat. Skin barrier melemah, inflamasi mudah aktif, dan respon kulit menjadi lebih sensitif dari biasanya.

Dalam kondisi seperti ini, saat skincare baru masuk, kulit bisa bereaksi—muncul bruntusan, kemerahan, atau jerawat kecil. Reaksi ini sering disalahartikan sebagai tidak cocok, padahal sebenarnya adalah respons kulit yang masih berada dalam fase pemulihan.

Penting untuk dipahami:
breakout tidak selalu berarti produknya salah. Bisa jadi kulit kita belum sepenuhnya pulih, sehingga belum siap menerima perubahan, bahkan dari produk yang secara formulasi aman.

Inilah mengapa pendekatan pemulihan kulit tidak bisa hanya soal ganti produk. Yang jauh lebih penting adalah memahami kondisi kulit saat ini, riwayat pemakaiannya, dan memberi waktu agar sistem pertahanan kulit kembali stabil.

Takeaway:
Sebelum menyalahkan skincare yang baru kalian gunakan, coba berhenti sejenak dan bertanya: apakah aku sebelumnya pernah menggunakan krim racikan atau etiket biru dalam waktu yang cukup lama tanpa pengawasan dari dokter atau tanpa kaedah ilmu pengetahuan dan etika penggunaan?