Apa Itu Skin Microbiome? Fungsi, Cara Kerja, dan Hubungannya dengan DPO & Jerawat Sensitif

Skin microbiome adalah ekosistem bakteri baik yang hidup di permukaan kulit dan berperan penting dalam kesehatan skin barrier. Artikel ini membahas fungsi microbiome, bagaimana kerusakannya memicu jerawat dan Dermatitis Perioral (DPO), serta cara memulihkannya secara aman dan ilmiah.

dr. Rizqi Aminia

5/8/20243 min read

Apa Itu Skin Microbiome dan Kenapa Perannya Sangat Penting?
Skin microbiome adalah komunitas alami yang terdiri dari bakteri baik, jamur, dan mikroorganisme lain yang hidup di permukaan kulit. Keberadaan mereka bukanlah ancaman, justru sebaliknya: mereka merupakan lapisan pertahanan pertama kulit.

Microbiome membantu menjaga pH kulit tetap stabil, memperkuat skin barrier, mengendalikan inflamasi, serta membuat kulit lebih toleran dan tidak mudah iritasi. Karena perannya yang sangat besar namun tidak terlihat, dalam dunia dermatologi modern skin microbiome sering disebut sebagai “the invisible organ”—organ tak kasat mata yang menentukan kesehatan kulit.

Mengapa Skin Microbiome Menjadi Kunci Kulit Sehat?
Kulit yang sehat tidak hanya ditentukan oleh produk apa yang dipakai, tetapi oleh keseimbangan ekosistem di dalamnya. Ketika microbiome berada dalam kondisi seimbang, kulit memiliki sistem perlindungan alami yang bekerja dengan baik.

Bakteri baik berperan layaknya sistem keamanan kulit, membantu melindungi dari bakteri patogen. Microbiome juga terlibat dalam proses pembentukan lipid dan komponen pelindung kulit, sehingga skin barrier tetap kuat. Selain itu, microbiome membantu mengatur respon inflamasi agar kulit tidak mudah merah, perih, atau breakout. Kulit dengan microbiome yang stabil biasanya juga lebih “sabar” dan toleran terhadap skincare.

Apa yang Merusak Skin Microbiome?
Dalam praktik klinis RA Clinic+, banyak pasien datang dengan kondisi microbiome yang sudah terganggu. Penyebabnya beragam, mulai dari penggunaan krim bersteroid seperti krim racikan atau etiket biru, exfoliasi yang terlalu sering, skincare yang terlalu keras, hingga sabun wajah dengan kandungan deterjen tinggi.

Faktor lain seperti penggunaan antibiotik jangka panjang, stres berkepanjangan, kurang tidur, serta skin barrier yang sudah menipis juga berkontribusi terhadap rusaknya keseimbangan microbiome.

Di Indonesia, steroid menjadi salah satu penyebab terbesar kerusakan microbiome. Efeknya memang menenangkan kulit secara instan, tetapi secara perlahan menghancurkan keseimbangan bakteri baik yang seharusnya melindungi kulit.

Hubungan Skin Microbiome dengan Jerawat Sensitif
Jerawat sensitif atau jerawat yang mudah kambuh sering kali muncul saat microbiome kehilangan keseimbangannya. Ketika jumlah bakteri baik menurun, bakteri jahat dapat berkembang berlebihan. Pada saat yang sama, inflamasi meningkat dan jerawat menjadi lebih mudah muncul serta sulit dikendalikan.

Inilah alasan mengapa jerawat tidak kunjung membaik meskipun sudah mencoba berbagai produk anti-acne. Akar masalahnya sering kali bukan sekadar minyak atau kotoran, melainkan ekosistem kulit yang terganggu.

Skin Microbiome dan Dermatitis Perioral (DPO)
Dermatitis Perioral (DPO) memiliki hubungan yang sangat erat dengan kondisi microbiome. Saat steroid digunakan, keseimbangan microbiome rusak, bakteri baik menghilang, dan kulit kehilangan “benteng pertahanannya”. Akibatnya, inflamasi meningkat dan flare DPO menjadi semakin sering.

Inilah sebabnya DPO kerap kambuh saat steroid dihentikan. Kulit yang sudah lama bergantung pada steroid kehilangan sistem imun alaminya. Karena itu, pemulihan DPO tidak bisa dilepaskan dari upaya memperbaiki skin microbiome sebagai fondasi utama.

Bagaimana Cara Memulihkan Skin Microbiome yang Rusak?
Pemulihan microbiome tidak bisa dilakukan secara instan. Langkah pertama adalah memberi kulit fase “tenang” dengan menghentikan penggunaan produk yang terlalu keras. Kulit membutuhkan ruang untuk membangun ulang ekosistem alaminya.

Penguatan skin barrier menjadi tahap berikutnya, karena microbiome hanya dapat hidup dengan baik pada kulit yang barrier-nya sehat. Di sinilah peran skincare cosmeceutical yang gentle dan stabil menjadi penting—formula yang bekerja mendukung, bukan mengganggu keseimbangan mikroorganisme kulit.

Penggunaan exfoliating juga perlu dibatasi. Peeling berlebihan dapat menghilangkan bakteri baik yang justru dibutuhkan kulit. Bahan-bahan pendukung seperti prebiotics, soothing agents (misalnya panthenol atau centella), serta lipid repair seperti ceramide dan fatty acid dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi microbiome.

Inilah filosofi RA Clinic+: memulihkan kulit bukan dengan menekan menggunakan bahan keras, tetapi dengan menguatkan ekosistemnya.

Kenapa Skin Microbiome Penting dalam Healing Journey
Kulit tidak bisa dipaksa untuk sehat. Kulit perlu kembali ke keseimbangan biologisnya secara alami. Skin microbiome memegang peran penting dalam pemulihan DPO, jerawat sensitif, stabilisasi kulit reaktif, serta pencegahan flare berulang. Ketika microbiome pulih, kulit biasanya menjadi lebih tenang, jarang breakout, tidak mudah merah, lebih toleran terhadap skincare, dan tampak glowing secara alami.

Kesimpulan

Skin microbiome adalah ekosistem penting yang sangat menentukan kesehatan kulit. Ketidakseimbangannya dapat memicu jerawat, iritasi, hingga Dermatitis Perioral (DPO). Pemulihan terbaik bukan tentang mencari “produk paling keras”, melainkan tentang memperbaiki ekosistem kulit secara ilmiah dan bertahap.

Jika kulit sering flare, perih, atau terasa sensitif terhadap hampir semua skincare, besar kemungkinan microbiome kulit sedang tidak seimbang. Dalam kondisi ini, healing journey yang tepat seharusnya dimulai dari sini.