"Aku Nggak Cocok Sama Niacinamide 10%.” — Tunggu Dulu, Kita Lurusin Pelan-Pelan
Banyak orang merasa kulitnya “nggak cocok” dengan niacinamide 10% setelah mencoba beberapa produk. Tapi benarkah masalahnya ada pada bahannya? Artikel ini mengajak kita meluruskan pelan-pelan: bagaimana kualitas, stabilitas formula, dan kondisi kulit—terutama pada kulit sensitif atau pasca krim racikan—sangat menentukan respons terhadap niacinamide 10%.
dr. Rizqi Aminia
12/16/20252 min read


Banyak orang sampai pada satu kesimpulan yang terdengar sangat yakin:
“Aku nggak cocok sama niacinamide 10%.”
Kesimpulan ini biasanya muncul setelah mencoba satu atau dua produk, lalu kulit terasa perih, panas, atau malah breakout. Dari situ, niacinamide pun langsung diberi label sebagai “bahan yang terlalu keras”. Tidak sedikit juga yang kemudian mengaitkannya dengan kondisi seperti jerawat kronis atau Dermatitis Perioral (DPO).
Padahal, dalam ilmu formulasi skincare, niacinamide 10% bukan sekadar soal angka. Dua produk bisa sama-sama menuliskan “Niacinamide 10%” di label, tetapi efeknya di kulit bisa sangat berbeda.
Niacinamide sendiri adalah bentuk aktif dari vitamin B3 yang secara alami berperan penting dalam kesehatan kulit. Dalam dunia dermatologi, niacinamide dikenal sebagai bahan yang membantu menenangkan inflamasi, memperbaiki skin barrier, mengontrol produksi sebum, serta mendukung proses pemulihan kulit yang terganggu.
Karena sifatnya yang anti-inflamasi dan mendukung perbaikan skin barrier, niacinamide justru sering digunakan pada kondisi kulit sensitif, termasuk jerawat kronis dan DPO. Pada jerawat kronis, niacinamide membantu menekan peradangan yang berulang dan mengontrol sebum tanpa “menekan” kulit secara agresif. Sementara pada kasus DPO atau kulit pasca penggunaan steroid, niacinamide berperan membantu memperbaiki lapisan pelindung kulit yang rusak dan membuat kulit kembali lebih stabil.
Namun, semua manfaat ini tidak otomatis muncul hanya karena tertulis “niacinamide 10%” di label. Manfaat niacinamide baru bisa dirasakan bila bahan ini diformulasikan dengan benar dan digunakan pada konteks kulit yang tepat. Di sinilah kesalahpahaman sering terjadi.
Ketika kulit bereaksi, yang disalahkan adalah “niacinamide-nya”. Padahal, yang sering bermasalah bukan nama bahannya, melainkan kualitas niacinamide, kestabilan formulanya, dan kondisi kulit yang belum siap menerima perawatan aktif.
Reaksi seperti panas, flushing, atau rasa perih yang kerap dikaitkan dengan niacinamide sebenarnya jarang disebabkan oleh niacinamide murni. Penyebab yang lebih sering adalah nicotinic acid, yaitu impurity yang bisa muncul jika niacinamide tidak berkualitas atau formulanya tidak stabil. Dalam kondisi tertentu, niacinamide dapat terurai menjadi nicotinic acid—zat inilah yang memicu sensasi panas dan iritasi, terutama pada kulit sensitif atau kulit yang sedang dalam fase pemulihan, seperti setelah penggunaan krim racikan atau steroid jangka panjang.
Karena itu, niacinamide yang aman bukan hanya soal persentase, tetapi soal seberapa kecil kandungan nicotinic acid di dalamnya dan seberapa stabil formulanya.
Di sinilah perbedaan Nature Glass Skin menjadi relevan. Pada Nature Glass Skin, niacinamide 10% yang digunakan adalah pharmaceutical-grade niacinamide dengan kontrol kualitas yang ketat. Kadar nicotinic acid dijaga di bawah 50 ppm, jauh di bawah ambang yang berisiko menimbulkan iritasi. Selain itu, kestabilan pH formulanya dijaga di kisaran 5.5–6.0—rentang ideal untuk kulit sekaligus mencegah niacinamide terurai menjadi nicotinic acid.
Artinya, ketika kulit menerima niacinamide 10% dari Nature Glass Skin, yang bekerja adalah niacinamide murni dengan fungsi biologisnya, bukan impurity yang memicu reaksi.
Hal ini menjadi sangat penting untuk kulit sensitif dan kulit pasca steroid. Kulit yang pernah ditekan dengan krim racikan atau steroid biasanya memiliki skin barrier yang lemah dan inflamasi laten. Dalam kondisi seperti ini, kulit sangat sensitif terhadap formula yang tidak stabil. Justru karena itulah, niacinamide 10% yang stabil dapat berperan penting dalam fase pemulihan—membantu menenangkan inflamasi, memperbaiki skin barrier, mengontrol sebum, dan mencegah bekas kehitaman pasca jerawat.
Inilah alasan mengapa tidak tepat menyamaratakan bahwa “niacinamide 10% tidak cocok untuk semua orang”. Yang lebih tepat adalah: tidak semua niacinamide 10% diformulasikan dengan standar yang sama.
Kesimpulannya, niacinamide 10% bukan bahan yang perlu ditakuti, tetapi juga bukan bahan yang bisa diperlakukan sembarangan. Keamanannya sangat ditentukan oleh kualitas bahan baku, kadar impurity, dan kestabilan formula. Pada Nature Glass Skin, niacinamide 10% dirancang agar tetap stabil, rendah iritasi, dan relevan untuk kulit sensitif maupun kulit yang sedang dalam proses pemulihan.
Memahami ini membantu kita berhenti menyalahkan satu bahan, dan mulai melihat skincare dengan cara yang lebih adil dan ilmiah—sesuai dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan kulit.
Contact:
email: raclinic.id@gmail.com
Phone: +6281280440980
© 2025. All rights reserved.
Fokus membantu melawan jerawat dan Dermatitis Perioral (DPO), terutama akibat penyalahgunaan pemakaian obat keras bersteroid atau krim etiket biru tanpa pengawasan dokter atau kaedah ilmu pengetahuan dan etika penggunaan.
Store Hours: Monday - Sunday 09:00 - 19:00 WIB
